Konsep Bisnis KOPERASI 4.0

Kita...
Kita sekarang memasuki era revolusi industri 4.0 dimana perangkat digital menjadi primadona. Munculnya start up seperti gojek, tokopedia,bukalapak,tanihub, ruang guru dll menjadi solusi atas pemecahan masalah sekaligus menjadi kompetitor yang tak terduga. Seakan akan munculnya mereka men-distrup (mengganggu) bisnis-bisnis yang sudah puluhan tahun menjadi raja. saya ulas marketplace primadona Indonesia yaitu tokopedia dan bukalapak. Hanya dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun valuasi bisnis mereka sudah mencapai Triliunan rupiah, wooww.... pantas saja matahari mall menutup beberapa gerainya beberapa waktu lalu. Bagaimana dengan gojek, start up ini lebih gila lagi. Bagaimana tidak gila?? asetnya ngalahin taxi bluebird, hanya dalam waktu kurang dari "2 tahun" dan asetnya tersebar di seluruh kota-kota besar di seluruh indonesia. Bahas tanihub dan ruang guru lain kali aja ya karena saya fokuskan ke bagaimana menjadikan koperasi yang selama ini beroperasi menjadi KOPERASI 4.0
Baik saya coba urai dengan bahasa sederhana agar mudah di pahami. Sebelum ke materi saya jelaskan kenapa saya punya pemikiran, punya ide KOPERASI 4.0 kok tidak yang lain. Dulu, Sejak masih duduk di bangku SMA saya sudah punya pemikiran bahwa kalo saya berdagang, saya tidak mau stok banyak barang. Kalo mau bisnis, saya gak mau sama dengan yang lain (baca: follow trend) waktu itu sejak lulus SMA saya seorang pengangguran berduit artinya saya punya penghasilan dari penjualan barang. Saya bisa dapat uang dari hasil jasa perantara/makelar, bisa juga kulak barang borongan jual borongan. Itu saya lakukan selama 2 tahun, lalu saya merantau ke luar jawa dan memutuskan berdagang disana. Karena ortu gak ngijinkan akhirnya pulang, tapi sebelum pulang saya harus punya konsumen tetap orang sana yang suatu saat saya bisa suplay barang ke dia, nemu satu dan berjalan hampir 5 tahun saya suplay barang ke dia. Saya putus kontak karena hp saya hilang.
Karena cara berpikir saya yang nyeleneh ini, saya jadi punya tantangan yang gak pernah habis. Apa aja saya lakukan bahkan sebelum biodesel booming sekarang menjadi biosolar, dulu tahun 2005-2007 saya sudah produksi dalam jumlah ratusan liter perbulan karena terbatasnya bahan baku. Keren kan anak usia 19 tahun bisa produksi sendiri biodesel....(muji diri sendiri boleh ya hehe) Dan sekarang saya punya usaha dibidang retail yaitu gendis souvenir yang beralamat di Mojokerto dan mempunyai website www.gendissouvenir.com sudah ya ceritain sejarah saya dulu ngapain aja yuk kita masuk ke materi koperasi.
Tahun 2017 silam, saya ikut pelatihan tentang perkoperasian. Sejak saat itu saya punya impian punya koperasi sendiri yang beraset Triliunan dan 10 besar koperasi terbaik Indonesia. Lagi-lagi karena cara berpikir saya yang nyeleneh, saya gak pengen punya koperasi yang pada umumnya ada yang ter-image bahwa koperasi itu seperti bank titil (anda yang baca tulisan ini pasti tahu tidak perlu dijelaskan). Hmm jadi gini ya nasib koperasi di mata masyarakat kok kesannya gak becus ngurus koperasi para pengurusnya, itu pesan yang saya tangkap dari beberapa orang yang saya tanyai. Lama saya berpikir, koperasi saya nanti akan seperti apa. Baru pertengahan 2019 lalu saya menemukan konsepnya dan sangat bisa untuk di aplikasikan karena setelah pak Jokowi punya program industri 4.0 akan dibangun infrastrukturnya saya jadi punya konsep KOPERASI 4.0
Koperasi adalah soko guru ekonomi. Pada awal pendirian konsep pemikirannya adalah KOPERASI 1.0 Apa itu KOPERASI 1.0? koperasi yang bertujuan 1 arah yaitu dari anggota untuk anggota. Konsumennya adalah anggota, investornya juga anggota. KOPERASI 2.0 adalah koperasi yang bertujuan 2 arah yaitu anggota dan non-anggota. Artinya koperasi membuka diri untuk menerima investor dari bukan anggota dan bermitra dengan bukan anggota demi mewujudkan cita-cita bersama. Dalam hal ini, jika koperasi membutuhkan dana untuk pengembangan dan anggota tidak mampu memenuhi dana yang dibutuhkan maka koperasi menerima investasi dari bank. Atau jika anggotanya membutuhkan suplay barang atau pemasaran koperasi bisa bekerjasama dengan perusahaan lain.
Nah, KOPERASI 3.0 adalah koperasi yang bertujuan 3 arah yaitu anggota, non-anggota dan pasar. Dalam hal ini, koperasi "wajib" memiliki pasar/market sendiri. Pasar ini yang membentuk koperasi, pasar ini beroperasi atas kendali koperasi. Pasar ini tahan terhadap kompetitor bahkan kompetitor tidak bisa masuk pasar ini. Keren kan,,,, KOPERASI 3.0 ini . Punya bayangan gak pasarnya ini kayak apa? Intinya KOPERASI 3.0 ini landing kreditnya bukan di sektor konsumtif dan usaha aja, tambahannya sektor retail dan rantai produksi. Saya bocorin sedikit aja, misal koperasi mengucurkan dana ke anggotanya 1x sebesar 10 juta maka koperasi dapat untung 3 tahun, 5 tahun bahkan selamanya. Ini menjadi pondasi kuat koperasi berpijak menyongsong KOPERASI 4.0 waduh ternyata panjang ya jalan menuju KOPERASI 4.0 nya. Tenang aja gak lama kok sampe kesana. Normalnya sih 3 tahun, klo mau ngegas 1 tahun aja sampai kok
Koperasi yang berhaluan KOPERASI 3.0 tidak terlalu fokus pada landing dan collection tetapi fokusnya adalah building market (membangun pasar) dan campaign (sosialisasi). Cara yang perlu dilakukan adalah observasi, analisa dan eksekusi data yang ada agar menjadi produk olahan pasar. Setelah terbentuk pasar yang di inginkan dan bertumbuh barulah semua akan digitalisasi.
Welcome to KOPERASI 4.0
Era baru perkoperasian Indonesia di mulai. Jika KOPERASI 4.0 ini benar adanya maka kedudukannya bisa men-distrup bank-bank (ingat paragraf pertama diatas) Perbankan pun tak bisa masuk ke pasar KOPERASI 4.0 mengapa? karena KOPERASI 4.0 pendapatan labanya bukan dari bunga pinjaman melainkan dari sektor bisnis dengan rantai produksinya dalam pasar. Sehingga orang akan berbondong-bondong menyimpan uangnya di koperasi dengan imbalan besar dan tidak riba.
Perlu digarisbawahi bahwa KOPERASI 4.0 bukan FinTech. Lupakan fintech, ini kita bicara koperasi yang dari anggota untuk anggota. Bukan dari anggota untuk kapitalis seperti konsep fintech punya. Saya bikin konsep KOPERASI 4.0 yang beda 180 derajat dari fintech.
Masa pandemi covid-19 ini merupakan pukulan telak bagi lembaga keuangan karena tidak bisa landing dan nasabah banyak yang tarik uang simpanannya. Ibarat burung, jika 1 sayap maka burung tidak bisa terbang tapi walaupun punya 2 sayap kalo tanpa bulu-bulu yang kuat tentulah burungpun tidak bisa terbang. Pasar di KOPERASI 4.0 adalah bulu-bulu yang kuat, bukan sayap jadi jika bulu-bulu terlepas 1 atau 2 tak mengganggu burung mau terbang.
Percayalah, konsep KOPERASI 4.0 ini bisa diterapkan di seluruh koperasi dan anti krisis ekonomi dunia dan Economic at War karena sekali lagi koperasi punya pasar sendiri, saya ulangi. KOPERASI 4.0 adalah koperasi yang punya pasar sendiri yang dioperasikan secara digital
Demikian sedikit rangkaian kata mendeskripsikan tentang KOPERASI 4.0 konsep yang saya temukan pada 2019 silam. Jika konsep ini di implementasikan sekarang di masa pandemi covid-19 ini maka setelah keluar dari masa pandemi koperasi yang melaksanakannya melesat jauh meninggalkan kompetitor dan bank. Karena akan terbentuk spesies baru di bidang lembaga keuangan dan industri. Jika Anda membaca tulisan ini dan tertarik koperasinya akan diubah menjadi KOPERASI 4.0 silahkan menghubungi saya di WA +62 852 3125 5159
Sampai jumpa di era KOPERASI 4.0